Kemarin,setelah selesai kuliah,saya merasa lapar.Ingin makan apa ya?Bubur Barito?terlalu kenyang..Nasi Uduk Radio Dalam?Rasanya memang enak,tapi porsi dengan harganya gak sepadan.Sebungkus nasi uduk dengan ukuran kira-kira 3 sendok makan dihargai kurang lebih Rp.1.000.Pilihan saya jatuh ke Blenger Burger di Jalan Lamandau.Terakhir kali saya menikmati enaknya burger ini adalah saat saat kelas 3 SMA dulu.Letaknya yang strategis di Jalan Lamandau –jalan “milik” agit 70- dan harganya yang terjangkau membuat saya “klenger” hehehe..
Saat itu Blenger Burger belum mempunyai tempat khusus makan- yang cukup luas- seperti sekarang ini.Saya masih ingat,sebelum mulai Bimbingan Belajar Alumni untuk mempersiapkan SPMB –dimulai jam 2-,saya selalu ke tempat ini,tidak perlu mengantri memang,karena selain baru buka pada pk 13.00,popularitas burger ini juga belum begitu tinggi seperti sekarang.Saya mendengar "kemasyuran" burger ini dari Jendral,salah satu teman saya di 70
Saya juga masih ingat ketika malam hari pergi mengantri di sana,secara tidak sengaja saya mendegarkan pembicaraan antara sang pemilik Blenger Burger, Erik Kadarman Subarna (33),dengan salah satu teman kuliahnya yang tampaknya tidak menyangka bahwa temannya itu yang mempunyai kios ini.Erik mengaku mendapatkan ide untuk berjualan grilled burger berdasarkan pengalamannya saat tinggal di Sydney.
Menurut Erik, di Sydney banyak orang menjual burger dan hot dog di pinggir jalan. Cara penyajiannya yang menarik serta rasanya yang enak membuat kedua makanan ini menjadi makanan favorit bagi orang–orang yang sedang melintas di trotoar.Untuk menekan biaya dan mengontrol kualitas rasa,Erik membuat sendiri bahan-bahan burgernya.Mulai dari roti, daging isian, sosis, mayones, saus tomat, saus sambal, mustard, serta saus barbecue
Saat ini Blenger Burger mempunyai 2 cabang di Jalan Tulodong dan Bintaro,yang dikembangkan dengan sistem franchise.Namun,Erik membatasi kepemilikan franchise tersebut dengan alasan sulit untuk mengontrol kualitas.Selain itu,dengan jumlah booth yang terbatas akan meningkatkan keeksklusifan produk tersebut.
Oke,cukup dengan flash back saya.Saat saya hendak parkir,senang rasanya melihat Blenger Burger sudah mulai sepi,hanya ada 2 orang yang mengantri.Tapi.. " Maaf Mbak,burgernya sudah habis.. " Jeger!!
Yasudah,saya lalu beranjak ke Burger Cooker and Grill,salah satu restoran yang menyediakan burger,sandwiches,dan steak sebagai makanan andalannya.Tempatnya sangat strategis,yaitu di pojok Jalan Barito,sepanjang Ahmad Dahlan.Interior yang mencolok dengan warna biru kuning dan dengan layar lebar LCD Proyektor yang dipasang di pintu masuk tentu akan menarik perhatian pengendara yang melintas.
Saya memesan Barbeque Burger dan Chilli Sandwich,sengaja saya memesan burger karena saya ingin membandingkan dengan Blenger Burger.Berikut inilah pendapat saya.Skala 1-10
- Rasa : 7
- Alasan:Dagingnya terlaLu tipis,saus barbeque nya kurang terasa.Untuk Chilli Sandwich saya beri nilai 8,rasanya pas,cukup membuat kenyang
- Harga:7
- Alasan:Harga yang ditawarkan cukup terjangkau.Tapi kalau sedang cekak akhir bulan,saya tidak menyarankan anda untuk memesan steak.
- Layanan :6
- Alasan :Lama sekali..Walau saat itu hanya ada saya dan 2 orang pembeli lainnya..
- Interior :9
- Alasan :Untuk menghabiskan waktu,makan-makan santai,bertemu dengan teman lama,atau sekedar duduk-duduk,tempat ini cukup nyaman.Menggunakan warna biru-kuning sebagai tema,Cooker Burger juga mempunyai semacam kolam obor yang diletakkan di luar dan menyala sepanjang malam.Cukup romantis.Tapi,boleh gak ya kita bakar-bakar ikan di situ? :”P
Keseluruhan,saya lebih memilih Blenger Burger,tapi kalau ingat antrinya,rasanya saya kelenger!
|