Sunday, August 20, 2006 |
Tradional dan Cyber Class |
Dalam sebuah kelas,seorang dosen duduk dengan santai di atas mejanya.Mahasiswa menyimak dengan serius dan sibuk mencatat bab yang sedang dibahas melalui OHP (Over Head Projector) yang dipasang menghadap ke papan tulis…Kontras dengan hal, tersebut,di sebuah universitas terkemuka di Amerika, tidak ada lagi mahasiswa yang mengantuk atau tidak memperhatikan mata kuliah,tidak ada lagi yang sibuk mencatat tanpa mengerti dan paham apa yang diajarkan oleh dosen. Dengan notebook atau tablet pc di atas meja, setiap mahasiswa dapat langsung menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti, mengirimnya melalui media messenger kepada seorang asisten dosen, dan langsung memperoleh jawabannya pada saat itu juga tanpa khawatir mengganggu jalannya perkuliahan. Semua hal tersebut dapat dimungkinkan karena ilustrasi di atas adalah gambaran nyata sebuah kelas yang sudah sepenuhnya menerapkan teknologi informasi dalam proses pembelajarannya. Lihatlah bagaimana seorang mahasiswa dapat mempelajari kembali mata kuliah yang beberapa hari lalu didapatnya melalui CD pembelajaran yang berisi rekaman proses belajar.Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi informasi sekarang ini sangat membantu memajukan kualitas dan kuantitas belajar mengajar. Teknologi informasi mewariskan proses belajar baru, yaitu MCL (Multi Channel Learning). Belajar dapat dilakukan kapan saja dimana saja tanpa khawatir akan batasan jam perkuliahan normal. Pengiriman tugas/pratikum mata kuliah dapat dilakukan dari sisi belahan dunia manapun selama koneksi internet tersedia.Selain menghemat kertas karena kebanyakan proses belajar dilakukan secara on-line, tidak akan ada pertanyaan yang tidak terjawab karena jawaban dapat diperoleh dari mana saja, dari situs-situs pembelajaran,web pendidikan, sampai milis dan media chatting room.Namun, tunggu dulu, tampaknya kita harus bersabar jika hal ini ingin diterapkan pada universitas-universitas di Indonesia. Pasalnya, infrastruktur yang diperlukan sangat rumit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Lagipula,tidak semua kalangan yang dapat menikmati fasilitas ini. Hanya mereka yang mempunyai kocek tebal lah yang dapat “mencicipi” kemudahan proses belajar-mengajar dengan berbasis teknogi informasi. Jaringan koneksi internet yang mahal (lagipula) lamban juga jadi faktor nomor sekian yang menghambat terciptanya cyber class di negara kita ini.Kebanyakan Lembaga pendidikan di Indonesia masih menggunakan sistem traditional class. Jika diterapkan di Indonesia, bisa jadi penerapan sistem cyber class yang seharusnya membuat praktis proses pembelajaran malahan membuat repot pengguna sistem ini. Jangankan internet, biaya telepon saja masih melambung di Indonesia, ditambah lagi, masih kurang berkembangnya informasi mengenai TI secara merata. Bayangkan saja, berapa kocek yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa untuk biaya ke warnet, membeli computer dan peralatan lain yang tentunya tidak memakan jumlah sedikit. Padahal, pendidikan di Indonesia masih tergolong barang mewah mengingat keadaan negeri ini. Selain itu,dengan terciptanya cyber class, tidak serta merta menjadi solusi untuk mengatasi kebuntuan proses belajar-mengajar.Kalangan konservatif berpendapat, cyber class, dan media messenger pada khususnya,akan menciptakan mahasiswa-mahasiswa yang malu bertanya,pasif,serta kurang kritis.Proses belajar yang melulu dilakukan melalui internet akan menciptakan suasana belajar yang kurang “hidup”,tidak ada interaksi langsung antara dosen dengan mahasiswa,atau mahasiswa dengan mahasiswa sehingga akan menciptakan mahasiswa yang individualistis (bahkan mungkin egosentris?) . Mahasiswa akan kurang termotivasi akibat timbulnya proses belajar yang monoton dan membosankan.Tambahan lain.bahan pembelajaran yang semakin mudah didapat akan membuat mahasiswa menjadi malas dan menjadi tergantung,contohnya, tugas yang diberikan baru dikirimkan pada saat hari-H (deadline pengumpulan) akibat adanya sistem real time on-line.Bagaimanapun,suatu sistem adalah buatan manusia juga, tidak luput dari human error dan kekurangan jika tidak digunakan secara bijaksana. Apa jadinya jika lama kelamaan sistem penerapan belajar cyber class berkembang pesat dan tidak terkendali? Bisa-bisa di masa yang akan dating tidak ada lagi gedung-gedung pendidikan, kelas, tidak ada lagi sebutan guru atau dosen karena semua hal tersebut telah tergantikan dengan kecanggihan teknologi.Bagaimanapun juga, kecanggihan teknologi adalah sesuatu yang nyata dan harus kita terima dan harus kita pelajari dan praktekkan agar tidak tertinggal dengan negara-negara maju lain. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah sangat diperlukan untuk membangun infrastuktur yang dapat menjangkau teknologi informasi dengan akses yang cepat dan murah sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Sementara ini kita hanya dapat menunggu, kapankah cyber class dapat direalisasikan?Jadi, kamu sendiri yang memutuskan,cyber class atau traditional class?
|
posted by farahPutri @ 09:10 |
|
8 Comments: |
-
Dari pengalaman menggunakan MCL BinusMaya sih masih banyak banget kekurangannya. Misalnya kuis online dari internet, dari segi positif mungkin bagus ngga ada yang contek contekan, tapi siapa yang tau kalo yang jawab bisa aja udah saling kirim2an file yang tinggal dimodifikasi sedikit sehingga hasilnya agak beda, ini menjadi sebuah rahasia umum di kalangan mahasiswa. terus terang penerapan MCL di BinusMaya belum mendukung, dari segi akses dan lainnya, dan standarisasi software pendukung yang masih sangat "ribet" untuk pemula awam. dulu, sewaktu masih memakai sistem lotus board, "naujubile" susahnya mau akses itu board, sekarang setelah beralih ke php nuke ada perubahan yang cukup signifikan. kalo menurut gw sih salah satu ide yang optimal penggunaannya adalah kelas face to face, yang semua mahasiswanya mempunyai akses ke MCL ini, jadi interaktivitas benar-benar terjamin. terkadang antrian untuk bertanya membuat si penanya menjadi malas untuk bertanya. seyogianya setiap kelas punya akses ke fasilitas ini (mungkin ga ya, kalo di binus semua kelas ada komputernya hahaha !) bukan hanya buat mahasiswa yang punya notebook saja. opsi kedua yang cukup menarik adalah sistem localized area conference. sistem video conference yang dilokalisir pada jaringan LAN kampus saja, berapa banyak waktu yang harus terbuang kalo seandainya harus berjalan dari kampus anggrek ke kampus syahdan hanya untuk berpindah kelas ?, belum lagi dosen yang terkadang males jalan...
Kudos buat poe !, mengangkat topik yang selalu jadi intriguing matters (at least buat gw hehehe) ...
-
assalamualaikum wr. wb. waaaaa... farah... napa ya... tiap aku mau isi shoutbox kamu tuh ndak isa mulu yach :(.. maap jarang-jarang mampir... biasa gi mumet, aku juga emang jarang blogwalking... btw... kamu bisa pake readmore yach... ajarin aku dunk :">, kalo sempet kirimin caranya ke emailku yach... di rimaoctavia@yahoo.com thanks ya...
wassalam via
-
baca komennya ferdy.. tambah neglengkapin :D ya emang bedalah disini ama disono...
btw, mampir balik nih :)
-
poe ! gw sampe sekarang penikmatMCL ! kenapa ?? bukan karena kecanggihannya tapi karena OFC nya itu !! he3x, Indonesia masi belom mampu.. sebenernya SDA nya yg belom siap... selain belom memadai juga
-
Dulu kuliah dua-duanya ada, semua tugas, silabus, dll online, kuliah tatap muka jalan juga. Bisa juga ngerjain tugas sambil rebah2 di taman. Internet bisa diakses dimanapun termasuk di taman itu. ihikihik...pengen kuliah lagi.
-
??? (garuk2 kepala). Ngga ngerti apaan tuh MCL? Kuis bisa online yak di sana? wah...canggih banget. hiks...blom pernah kayak begituan. mau donk nyoba online sambil mobile pake laptop. sambil makan di kantin, asik juga yak? canggih banget nih zaman. keren. btw, mana guestbook-nya poe? koq aq tak liat di samping kanan ini...?
-
hahaha.. kayaknya UI masih jauh deh dari yang kayak gini. Ngisi IRS online aja dari kemaren gak kelar2.. *curhat*
Itu yang komen paling pertama apa ngga kurang banyak?? wahahaha..
-
*nyengir ke didi* apaaa ? sukses ya besok ngisi SIAKnya. jangan ampe berat2 kaya mo mendaki gunung lagii :P
|
|
<< Home |
|
|
|
Dari pengalaman menggunakan MCL BinusMaya sih masih banyak banget kekurangannya. Misalnya kuis online dari internet, dari segi positif mungkin bagus ngga ada yang contek contekan, tapi siapa yang tau kalo yang jawab bisa aja udah saling kirim2an file yang tinggal dimodifikasi sedikit sehingga hasilnya agak beda, ini menjadi sebuah rahasia umum di kalangan mahasiswa. terus terang penerapan MCL di BinusMaya belum mendukung, dari segi akses dan lainnya, dan standarisasi software pendukung yang masih sangat "ribet" untuk pemula awam. dulu, sewaktu masih memakai sistem lotus board, "naujubile" susahnya mau akses itu board, sekarang setelah beralih ke php nuke ada perubahan yang cukup signifikan. kalo menurut gw sih salah satu ide yang optimal penggunaannya adalah kelas face to face, yang semua mahasiswanya mempunyai akses ke MCL ini, jadi interaktivitas benar-benar terjamin. terkadang antrian untuk bertanya membuat si penanya menjadi malas untuk bertanya. seyogianya setiap kelas punya akses ke fasilitas ini (mungkin ga ya, kalo di binus semua kelas ada komputernya hahaha !) bukan hanya buat mahasiswa yang punya notebook saja. opsi kedua yang cukup menarik adalah sistem localized area conference. sistem video conference yang dilokalisir pada jaringan LAN kampus saja, berapa banyak waktu yang harus terbuang kalo seandainya harus berjalan dari kampus anggrek ke kampus syahdan hanya untuk berpindah kelas ?, belum lagi dosen yang terkadang males jalan...
Kudos buat poe !, mengangkat topik yang selalu jadi intriguing matters (at least buat gw hehehe) ...